KabarPalestina.com – Dr Salah Al-kahlout membicarakan situasi sulit yang para dokter alami. Mereka kesulitan bekerja, selain bagi para dokter sulitnya situasi juga para wanita hamil alami.
Beliau merupakan seorang konsultan kebidanan dan ginecology, memparakan kesulitannya dalam bekerja selama masa penjajahan Israel pada penduduk Palestina. Ia menjelaskan melalui sebuah video wawancara yang terposting melalui akun @filastinyat.
Dr Salah Al-Kahlout; Sulit Sampai ke Tempat Kerja
Melalui video tersebut, beliau menjelaskan betapa sulitnya situasi yang mereka hadapi sebagai tenaga medis. Dr Salah Al-Kahlout membuka video tersebut dengan mengucapkan bismillah kemudian memperkenalkan dirinya juga menjelaskan posisinya sebagai relawan dalam perang ini.
“Seorang konsultan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di Friends of the Patient Society. Saat ini kami bekerja sebagai sukarelawan dalam kegiatan sosial karena keadaan perang.”
Ia menjelaskan bagaimana sulitnya sampai ketempat kerja, karena adanya pengeboman, serangan udara, serta tembakan yang pasukan Israel lakukan.
“kami menghadapi tantangan dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja yang merupakan asosiasi karena ketakutan akan bom, serangan udara, artileri, dan peluru perang..”
Apalagi dua hari lalu terjadi pemadaman listrik terus terjadi ketika para dokter sedang bekerja padahal banyak korban berjatuhan akibat pengeboman.
“Kami juga menderita karena adanya pemadaman listrik terus menerus ketika kami bekerja. Dan pada waktu yang sama, warga menderita dan terpapar pemboman. Hal ini terjadi dua hari yang lalu di Shuja’iyya.”
Seorang Ibu yang Akan Melahirkan Kehilangan Keluarganya
Dokter tersebut juga menjelaskan pada hari pengeboman di Shuja’iyya datang seorang ibu yang akan melahirkan namun tidak ada keluarga terdekat yang mendampingi. Keluarganya menjadi korban pengeboman.
“Seorang wanita pergi ke dokter untuk melahirkan ke rumah sakit bersalin dan kebetulan dia, suaminya, ayah mertuanya, dan ibu mertuanya dibom. Ini berarti orang-orang terbunuh oleh satu bom selama pemindahan dari rumah ke rumah sakit.”
“Inilah yang kami maksud dengan pemadaman listrik yang terus menerus karena kurangnya energi, yang merupakan bahan bakar untuk menghidupkan motor generator listrik di samping rasa takut akan pengeboman dan kesengsaraan yang terjadi di daerah tersebut. hal ini membuat kami mengalami stres dan emosi psikolgis yang sulit. hal ini bahkan mempengaruhi hubungan di antara rekan-rekan kerja karena stres yang kami alami.”