KabarPalestina.com – Istana Hisham menjadi salah satu peninggalan dalam sejarah islam yang ada di Palestina. Merupakan salah satu situs arkeologi penting yang ada di Tepi Barat Palestina.
Selain populer sebagai warisan Islam, tempat ini juga menjadi warisan era Bizantium juga Romawi yang bertahan sampai saat ini. Untuk lokasi tempatnya sendiri berada di Jericho, Palestina.
Istana Hisham Menyimpan Sejarah Kekuasan Dinasti Umayyah
Bangunan ini menyimpan sejarah tentang kekuasaan dari Dinasti Umayyah juga mengalami evolusi, seni, serta arsitektur Islam pada masa awal masuk pada tempat tersebut. Peneliti menemukan sebuah fakta dari pecahan yang ada tulisan diatasnya dengan tulisan “Hisham” untuk merujuk pada sejarah berharga.
Robbie MItchel menulis dalam artikelnya tentang bangunan tersebut, bahwa ini menjadi bukti bahwa istana dibangun pada masa pemerintahan Hisham ibn Abd al-Malik. Merupakan seorang khalifah dari Dinasti Umayyah kesepuluh.
Yang mana ia memerintah pada kisaran tahun 714 dan 743, dan berkat penemuan pecahan tulisan atau ostracon inilah, mengapa tempat ini memiliki nama Istana Hisham oleh sejarawan abad kuno.
Meski dalam penamaannya tersebut, masih ada pertentangan. Ada sejarawan yang menyebutkan atau mengklaim bahwa istana tersebut milik Yazid (al-Walid II) yakni merupakan keponakan dari Hisham.
Karena ia mengambil alih kekhalifahan setelah pamannya meninggal dunia, yang mana ia memerintah pada tahun 743 sampai 744 M. Sebuah bukti arkeologis pada beberapa titik masih menjadi misteri siapa yang memerintahkan antara Hisham atau keponakannya.
Terlepas dari hal tersebut, tempat ini juga populer sebagai Istana Gurun, beberapa bangunan dengan tampilan tersebut adalah bangunan Ghassanid yang berada dalam kepimpinan kekhalifahan. Dan sebagian besar menampilkan tampilan bangunan tempat tinggal, waduk, serta area pertanian.
Namun, pada istana Hisham tidak ada waduk serta area pertanian. Terlepas dari hal tersebut bagian bangunanya sudah banyak yang hancur, karena terkena dampak gempa bumi pad 749 Masehi.
Sebuah gempa besar, mampu menghancurkan kota Beit She’an, Tiberias, Hippos serta merusak situs di Levant. Yang mana gempa tersebut membuat ribuan orang tewas, dan kemungkinan penghuni istana Hisham juga menjadi korbannya.
Namun ternyata dengan adanya analisis oleh arkeolog Dmitri Baramki, menunjukan sesuatu berbeda. Ia menemukan catatan keramik yang memperkuat bahwa istana tersebut selamat dari gempa bumi dan berada dalam bawah kepemimpinan Ayyubiyah Mamluk yang sudah ada sejak 1171 M.
Belum jelas situs tersebut tidak dapat beroperasi lagi atau rusak, namun sebuah penelitian tahun 2013 menunjuk pada tahun 1033 M. Sebab ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa istana masih masyarakatnya gunakan setelah gempa besar.
Upaya Perbaikan Bangunan
Bagian paling menonjol dan menarik perhatian dari bangunan istana ini adanya Pohon Kehidupan. Mural yang menyimpan simbolisme filosofis mencerminkan hakikat kehidupan, pada bagian sebelah kanan pohon sendiri terdapat seekor singa yang melahap seekor rusa. Bagian kirinya ada dua kija merumput dengan damai sekali, dengan tampilan ini melambangkan kehidupan; ada baik dan jahat, perang juga damai.
Bukan hanya itu saja, ukiran yang pada seluruh bagian istana juga tampak menarik perhatian. Seperti adanya desain serta ukuran paling mengesankan dapat kita temukan pada ruang diwan juga resepsi.
Kita bisa menyaksikan ukiran yang menggambarkan manusia, hewan, serta tumbuhan dengan tampilan desain geometris. Melansir dari Middle East Eye, sudah bertahun-tahun lamanya untuk memulihkan bagian istana tapi beberapa bagian justru gagal.
Selain itu, pihak Kementerian Pariwisata Palestina juga mendirikan kanopi dengan tujuan melindungi mozaik pada istana menggunakan dana dari Badan Kerjasama Internasional Jepang yang juga menutupi ruang resepsi juga hamam.
Upaya restorasi tersebut mengalami hambatan karena adanya pembatasan yang penjajah Israel lakukan. Mereka mempersulit untuk membuat peralatan menjadi sulit petugas pindahkan ke tempat tersebut.
Namun beberapa bahan bisa masuk, karena mendapat tekanan dari pemerintah Jepang. kanopinya memiliki bentuk yang mirip dengan tenda untuk menutupi lantai mozaik serta melindunginya dari suhu yang ekstrim, hujan, juga kelembaban.
Adanya kanopi tersebut juga memungkinkan pengunjung datang, melihat tanpa menginjak dan merusaknya.