KabarPalestina.com – Seorang dokter terlihat memeluk jasad bayi yang sudah pucat pasi dalam gendongannya. Warna kulit bayi tersebut sudah benar-benar memutih, juga terkulai lemas. Pemandangan memilukan ini terunggah dalam video eyes.on.palestine Minggu (7/01/24).
Dokter tersebut menangis sambil memeluk sang bayi yang sudah tidak bernyawa lagi. Berdasarkan komentar pada postingan tersebut menyebutkan, bahwa keluarga sang dokter juga tertimbun dalam reruntuhan.
Dokter Tersebut juga Terluka
Dalam tayangan beberapa detik memperlihatkan, sang dokter dengan wajah berlumur darah yang sudah mengering. Dengan balutan perban pada bagian kepalanya, bahkan tangannya juga ia topang menggunakan kain.
Namun dengan tangisannya yang memilukan, ia menggendong seorang bayi yang sudah tak bernyawa. Tampak dari kulit sang bayi pucat pasi, bayi ini menjadi korban dari penyerangan yang terjadi pada Jalur Gaza pada Minggu (7/01/24).
Selain dokter mengalami luka-luka serta pendarahan pada beberapa bagian tubuhnya, keluarganya yang lain juga mengalami hal buruk. Mereka terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat dari serangan Gaza.
Bagaimana Bisa Mereka Membunuh Bayi?
Menyaksikan kekejaman yang Israel lakukan memang seolah tidak ada habisnya. Bahkan bayi sekalipun menjadi korban dan meninggal dunia karena perbuatan yang tidak manusiawi. Banyak orang mengutuk perbuatan Israel atas pelanggaran perang mereka lakukan.
Anak-anak dan bayi seharusnya tidak menjadi korban mereka, kekejaman harus segera dihentikan. Dari video tersebut, banyak orang memberikan komentar keprihatinan dan rasa tidak habis pikir akan perbuatan Israel.
“Saya tidak mengerti bagaimana orang dengan hati bisa melihat seseorang memegang bayi yang mati dan tidak merasakan apa-apa. 🍉”
“Kita adalah sesama manusia. Bagaimana kita bisa mencapai pada titik ini??.”
“Di mana UNICEF, pembela hak anak dunia?
Dimana PBB?
Dimana negara-negara di dunia yang membela hak asasi manusia?
Bagaimana Anda menonton pembantaian yang Israel lakukan?”
Tidak seorang pun di dunia ini harus membicarakan keadilan dan kepercayaan pada keadilan lagi, karena tidak ada yang seperti itu.”