KabarPalestina.com – Israel tidak memiliki rencana lanjutan setelah berhari-hari bahkan berpuluh tahun lamanya melakukan penyerangan ke Gaza. Bagian terpenting dari Israel mendiskusikan hal tersebut.
Saling melampar pandangan satu sama lain, memikirikan apa yang akan mereka lakukan setelah peperangan tersebut terjadi. Melansir dari situs resmi Middle East Eye, percakapan tersebut tampak serius.
Israel Tidak Memiliki Rencana Setelahnya
Ben Gvir selaku pemimpin sayap kanan dari partai Kekuatan Yahudi, terlihat turun tangan dan menuduh Halevi. Dengan menegaskan mereka harus tetap di Gaza meski perang sudah berakhir.
Sebelum Netanyahu turun tanagna, kepala staff juga membalas perkataan tersebut. “Apakah kamu melihat saya?” pertanyaan itu ia lontarkan pada Ben Gvir, kemudian perdana menteri Netanyahu menyaut
“Lihat saya, bukan dia.”
Memang seharusnya mereka semua melihat ke arah perdana menteri serta orang-orang yang pernah terlibat dalam kepentingan politik untuk kepentingan pribadi menjaga peperangan tetap berjalan.
Bahkan meski sudah menewaskan 20.000 penduduk palestina, juga 137 tentara Israel peperangan harus tetap berjalan. Dan dalam diskusi yang terjadi antara mantan diplomat yang diwawancarai oleh Middle East Eye,mereka sepakat netanyahu tidak mempunyai rencana untuk ahri selanjutnya.
Karena operasi militer yang terjadi di Gaza, tidak dapat dipulihkan oleh pemerintahan mereka ‘Operasi Shalom Bibi’.
Adanya Dorongan Kebutuhan Politik
Karena pada dasarnya strategi Israel di Gaza mendapat dorongan politik Perdana Menteri Dr Assaf David, selaku direktur program Israel di Timur Tengah, Van Leer Jerusalem Institute. David bercanda bahwa perang yang terjadi di Lebanon tahun 1982.
Dulunya dikenal sebagai Shalom HaGalil, seharusnya bernama konflik Operasi Shalom Bibi panggilan umum untuk Netanyahu. David juga mengungkapkan semuanya akan berbeda jika yang memimpin Israel adalah Benny Gantz.
Proses politik akan dimulai setelah perang berakhir, yang mana Israel akan meninggalkan tentaranya di utara tapi memberi uang pada Amerika juga Palestina. Dan melakukan pertukaran tahanan dengan Palestina, ini hanya perkiraannya. Namun itu bukan masalahnya, Netanyahu melakukannya untuk mempertahankan hidupnya.