KabarPalestina.com – Pengungsi Palestina yang terlantar di Rafah terpaksa harus mengungsikan atau melarikan diri dari tempat tersebut. Karena situasi yang sudah tidak lagi memungkinkan bagi penduduk.
Menyusul setelah kepergian para penduduk dari Rafah, Israel kembali mengebom wilayah tersebut tadi malam waktu Palestina. Kabar ini terbagikan melalui akun jurnalis @hani.aburazeq pada (13/02/24).
Penduduk memutuskan untuk pergi ke Deir Al Balah dan Al Nuseirat, tempat yang sudah penuh juga dengan penduduk-penduduk yang terlantar sebelumnya. Kini semakin penuh dengan pengungsi yang datang dari Rafah.
Pengungsi Palestina yang Terlantar Memutuskan Pindah
Penyerangan tidak manusiawi terus Israel lakukan pada masyarakat Palestina, membuat banyak orang kehilangan rumah sebagai tempat mereka tinggal. Sehingga harus mengungsi pada tempat-tempat yang menurut Israel aman.
Padahal dari beberapa tempat pengungsian yang ada, tidak ada keamanan sama sekali. Zionis terus menyerang penduduk dengan bom, tembakan, hingga penyerangan secara langsung.
Hal ini tentunya membuat masyarakat kelimpungan, tidak memiliki tempat berlindung sama sekali. Karena situasinya sudah semakin parah terutama di Rafah, pada akhirnya para pengungsi pada kota tersebut memutuskan untuk pergi ke Deir Al Balah dan Al Nuseirat.
Bukan karena dua tempat tersebut lebih baik, karena tidak ada lagi tempat untuk berlindung dan dua tempat ini menjadi para pengungsi tinggal.
Melalui video tersebut memperlihatkan bagaimana kondisi dari para pengungsi yang menaiki mobil dengan bak terbuka membawa barang-barang untuk pergi. Kota dengan bangunan masih banyak berdiri ini harus mereka tinggalkan.
Dalam rekaman juga terlihat bagaimana seseorang pemuda termenung. Kebanyakan dari pengungsi dengan berat hati harus meninggalkan tanah tersebut, yang terus-terusan mendapat serangan dari Israel.
Komentar dalam postingan menunjukan rasa simpati penduduk dunia pada pengungsi Palestina.
“Dunia yang tidak adil….. manusia tidak manusiawi yang menyebabkan ini… 😢😢😢.”
“Hal yang sama terjadi di Nakba 1948 tetapi saat itu tidak ada internet untuk menunjukkan kebrutalan mereka 🥲.”
“Semoga Allah memberi mereka tempat tertinggi di surga Aamiin.”